Sutarno SK
Kalau saya ditanya perbedaan Festival Teater Jakarta jaman saya dulu dengan jaman sekarang, saya bingung karena apanya yang dipertanyakan. Hal penyelenggaraannya atau pesertanya. Kalau hal penyelenggaraan, tentu akan berkaitan dengan kepanitiaan, yaitu panitia pada babak penyisihan dan pada babak final.
Menurut hemat saya, pada kedua pihak penyelenggara harus mulai memikirkan ulang dengan jumlah pemenang yang hanya tiga grup teater di babak penyisihan. Dan yang nantinya di babak final dari lima wilayah se-DKI berjumlah 15 grup peserta akan muncul 3 grup teater sebagai juara.
Kalau Cuma 3 grup sebagai pemenangnya biasanya pada penentuan sebagai pemenang yang ke 3 di babak penyisihan atau pada babak final, sering-sering juri mengorbankan satu atau dua grup yang mempunyai nilai sama untuk menduduki juara 3. Sekali lagi, baik di babak penyisihan maupun di babak final sebagai juara.
Seyogyanya kalau FTJ masih berkoridorkan sebagai ‘pembinaan’ tidaklah berlebihan kalau memasukan lima grup teater dari babak penyisihan ke babak final, yang kemudian di babak final, selain 3 grup juga dipilih pula juara harapan 1 dan harapan 2. Ini sesuai dengan jumlah wilayah yang dipunyai DKI Jakarta, sebanyak lima wilayah. Namun bukan berarti panitia wilayah bisa meminta jatah setiap wilayahnya harus dimasukkan minimal satu grup teater sebagai pemenang di babak final. Tetap tidak bisa. Yang menentukan pemenang adalah juri yang tidak terkesan bagi-bagi jatah. Dan mungkin saja akan terjadi para pemenangnya di raih oleh satu atau hanya dua wilayah saja.
Kemudian agar generasi baru grup teater bermunculan harus ada pembatasan, yang sudah menang sebanyak tiga kali berturut-turut atau dalam kurun waktu tertentu sudah tidak diperbolehkan mengikuti FTJ lagi, dipersilahkan untuk mengikuti lomba atau festival teater yang tingkatnya lebih provesional. Kalau belum ada festival teater yang lebih prov, ya di bikin, jangan mengganggu FTJ yang sudah berjalan 39 tahun sebagai sarana pembinaan, bukan sebagai pertarungan gladiator teater. Dengan iming-iming sejumlah hadiah uang yang sangat fantastis dan berdampak merubah motivasi para muda berteater.
Sisi lain.
Memang sudah lama muncul pertanyaan, akan dikemanakan grup teater hasil festival yang konon namanya adalah sarana pembinaan remaja berkonotasi masyarakat muda teaterawan ini? Bagaimanakah caranya agar para grup teater yang sudah tiga kali menang tetap bisa berkarya? Apakah pemerintah DKI Jakarta, punya kewajiban mensubsidinya dan memfasilitasi grup-grup yang setiap tahun nyaris selalu bertambah jumlahnya? Jawabnya iya!. Pemerintah DKI harus dengan bangga berkewajiban untuk mengayomi grup teater berperan sebagai bapak angkatnya yang hanya boleh tut wuri handayani saja. Sebab peristiwa FTJ itu sendiri sudah menjadi asset budaya DKI. Banyak anak muda yang terterapi dari kehidupan sosial yang tidak kita inginkan bersama karena adanya grup teater.
Sebab selain teater merupakan terminal berbagai disiplin cabang kesenian lainnya, juga dapat berfungsi ganda sebagai penggodokan mental dan rohani positif penggiatnya..
(BERSAMBUNG)
forum rembug teater

Bang Uncu Natsir
FTR dulu kita ikut sebagai peserta, FTJ tidak... Hehehe... Maaf lahir batin Mas Tarno.. Besok mau puasa nih..

Sutarno Sk
100 untuk BUN,hehehe.

Amat sangat setuju dengan apa yang sudah dipaparkan dengan jelas oleh mas Tarno.

oks kalau begitu mari kita jaga kelestariannya ruang sosial yang namanya Teater. PSZ setju juga kan ?

Sangat setuju mas. Mengingat dimana teater merupakan salah satu wahana yang tepat untuk mengekspresikan diri, membangun inspirasi yang positif, dan kecerdasan individu. Jadi, saya sangat mendukung upaya pelestarian dunia perteateran. Khususnya di Indonesia.

pertama, aku sangat terkesan dengan catatan ini
kedua, aku gembira dengan adanya catatan ini.. sebab catatan ini menggambarkan keperdulian beliau akan seni dan budaya ..
ketiga, jawabanku juga IYA !!
keempat, ditunggu sambungannya ? :)

entah kenapa...sejak saya mulai belajar mengenal kesenian sampe sekarang (masih merasa baru belajar)......saya tidak pernah merasa nyaman dengan sistem peringkat atau ranking dalam sebuah festival kesenian......krn penilaiannya pasti plus minus. Pertanyaannya kesenian seperti apakah yang dikatakan layak mendapatkan peringkat????? duhhh tiba2 saja saya mau ke Istora Senayan nonton pancalomba.

Agung Waskito
Baru tahu saya kalau FTJ sudah 39 tahun. Dulu saya sebagai wong Yogya mengamati FTJ sebagai festival calon pekerja kesenian terkenal. Rasanya pengin menggarap salah satu grup peserta FTJ, tapi keinginan itu saya simpan saja. Toh itu keberuntungan teman2 teater di Jakarta. Salam dan sukses selalu!

Sutarno Sk
hehehe..benar juga ADM.. memang sebenarnya dengan tidak mengurangi hormat saya kepada grup teater yang sedang berlomba di FTJ, sesungguhnya buat saya FTJ adalah pembelajaran itu sendiri mengantar kan kita kepada satu sikap untuk berani memilih, ikutan atau tidak, kemudian kita mau berlanjut tidak sebagai insan teater setelah menang atau belum menang, setelah merasa selesai atau belum selesai mengikutinya sebagai peserta lomba.
Untuk AW, boleh kok nggak ada yang melarang. Kenapa tidak dicoba. bebas asal tertib mengikuti aturan mainnya.. FTJ tertib kok ada kepanitiaannya, pakai pendaftaran terserah mau di wilayah pusat, utara, timur, barat atau selatan ?.. monggo.

Ade Way
beda R dan J aja pak,..hew

'Arrie De Marco'
hahahaha bagaimana kalau kita nonton bola saja....masuk atau tidak masuknya bola kegawang atau menang atau kalahnya sebuah tim ditentukan oleh soliditas/sportifitas pemain. Wasit hanya berfungsi sebagaimana kewasitannya....demikian juga dengan hakim garis.....; hm bisakah juri/wasit sebuah festival bersikap sebagaimana wasit sepakbola???

Dilematis, relatif, n gabisa ditebak mas A'rrie 'Arrie De Marco ....enakx nonton bola kitat boleh teriak kenceng2...nek teater nonton sambil teriak?hmmm.

hahahaha klo nonton festival kesenian para pemain dan penonton dipaksa untuk mengerti kemana arah keinginan juri/wasitnya hahahahaha

Ade Way
padahal juga sama tujuannya. piala, pengakuan. nek nonton teater pikiran harus mau capek sedikit karena ikut mikir "itu nyritake opo too?" nek bola pikirannya muter2 ikuti bola.ha3....bedanya juga wasite ga bakal ngantuk, nek wasit teater ada peluang untuk tidur pas pementasan.wkwkwkwk

jadi sing apike piye????? gimana klo ditukar saja. bikin festival kesenian dilapangan sepakbola dan main bola dipanggung festival kesenian...hladhalaaahhhhh marai mumetssss

Ade Way
nek saiki apike sahuur disik.dg tdk mlupkn niat. (bagi yg mnjlnkn puasa c)......btw sy jg spndpt dg anda.sistem ranking,juara dlm ksenian.berbahaya jk seni diranking.jd ga jujur...lha pinginx berjuara bkn berseni ria.capek ddeewwhhh.wkwkwkk

Sutarno Sk
Saya pada awalnya cuma ingin jadi orang teater dan berproduksi teater, itu saja. Teater saya miskin nggak bisa sewa gedung, ada teman yang mengimingi tempat untuk pentas tapi gagal atau nggak jadi, kemudian saya manfaatkan sarana FTR untuk pentas atau memamerkan teman-teman saya yang sudah latihan sekian lama. Jadi saya tidak pusing cari tempat atau gedung untuk pentas, sekaligus sudah ada penontonnya. Faktor juri saya anggap biasa saja, tidak saya istimewakan. Seperti pada pagelaran kesenian lainnya,penonton mempunyai hak untuk mengomentari atau sebagai juri pada dirinya sendiri.. Hehehe.

Ade Way
begitulah enaknya jadi penonton pak. Tinggal teriak jika ada yang "nggak banget" .meneriaki aktor2 panggung teater bangsa Indonesia di gedung DPR...hehehee

Sutarno Sk
Itu pengertian yang luas saya setuju, tapi yang saya kerjakan sebagai sutradara dan sebagai pimpinan grup membuat pementasan kesenian yang namanya teater, bung.. Kalau ada beberapa teman yang mengatakan bahwa kehidupan ini adalah panggung teater atau panggung sandiwara secaqra pemikiran atau filsafat saya setuju banget, sekali lagi yang di produksi penggiat teater, tari dan kesenian lainnya, ya berproduksi kesenian.
.

'Arrie De Marco'

Sutarno SK
kemana ya teman-teman yang lain kok cuma kita berdua yang asyik.. heheheheee..

'Arrie De Marco'

Sutarno Sk

'Arrie De Marco'

Saya juga dengan tegas setuju dengan sikap anda, sebagaimana saya setuju dengan orang lain yang berkeinginan lain.. Mungkin saya pada sebuah taman yang tumbuh dangan bemacam bunga, indah rasanya.. Apa lagi bunga itu berbentuk dan berbuah pemikira-pemikiran yang cerdas, dan tak fanatik..


Shri Lalu Gde Pharne
suatu artikel yang sangat bermanfaat.. apalagi kalau bisa kita dorong agar setiap propinsi melakukan hal yang sama, adanay festival teater tingkat propinsi yang merupakan hasil dari tingkat kab/kota dalam propinsi masing-masing.. Pertanyaan berikutnya, apakah FTJ sebagai sulung dari festival teater, berkenan menyelenggarakan Festival Teater Remaja tingkat Nasional..(?)

Sutarno Sk
mungkin kepanitiaannya bisa di lemparkan tingkat pemerintah RI pusat, kalau kapasitas kwalitasnya tingkat nasional.

Shri Lalu Gde Pharne
ya benar demikian, tapi bagaimanakah kita bisa menyerahkan kepada pihak nasional, kalau yang disebut nasional itupun tak pernah punya pengalaman melaksanakan Festival Teater Remaja sebaik DKI ini

Pino Teyeng
Bagus dan sae pak apalagi diadakan lomba teater antar sekolah misalnya sma,smp dan sd. Dapat memajukan kreatifitas seni sejak kecil. Buat mengisi hari luang

Andhikara Ikhwandie
setuju ... biar lebih bijaksana dlm kepanitiannya di tingkat nasional:)

Shri Lalu Gde Pharne
Sepakat sekali, apalagi kalau kelompok2 teater yang pernah jadi pemenang dalam FTJ seperti teater kail, el na'ma, dlsb, berkenan membantu secara teknis penyelenggaraan Festival Teater Remaja di propinsi lainnya.

Sutarno Sk
Bisa diatur, nanti juga banyak teman yang mau membantu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar