Siap
Serah Terima dari Bapak Sutarno Sk kepada Bapak John Siregar, Sang Pengarang Merajut Kisah Perjalanan, Jumat 15 Februari 2013 di Sekolah Pelangi Kasih Jakarta.
Kata Pengantar
dari Penerbit
Sebagaimana
biasanya sifat manusia, atau keadaan emosi yang selalu berubah, demikianlah
adanya seorang John Siregar yang kami kenal dari catatan perjalanannya berupa
syair.
John tidak
mersa segan untuk menulis dengan jujur apa yang dilihat dan dirasakan, sehingga
kejujuran itu mampu mendatangkan rasa
rindu pada diri sendiri, maka bermekarlah Bunga Rindu dalam hidupnya.
Selamat
menikmati Aek Naholi…
Penerbit,
Februari 2013
Kata Pengantar
Puisi Merajut Kisah
Perjalanan berhias Bunga Rindu ini adalah kumpulan
syair-syair perjalanan hidup dan hidup itu sendiri. Bunga Rindu bisa siapa saja
dan tentang apa saja. Tentang orang yang hilang dan dihilangkan.
Karena
puisi yang memungkinkan aku bebas bercakap - cakap, maka kutulis percakapan itu
dalam sebuah kumpulan syair. Syair perjalanan untuk negriku dan murid - muridku
di Pelangi Kasih.
Hanya
satu peganganku dalam menulis kumpulan syair ini, Tuhan yang memberi
kesempatan. Syair perjalanan ini adalah kumpulan syair pengembaraan hidup dan
hidup itu sendiri. Menuliskan kembali rangkaian cerita lama dari kampung
halaman tempat bergurau, bercanda ria, tempat dibesarkan dan yang bermimpi
memeluk pegunungan Alpen. Dari Pematangsiantar hingga ke belahan dunia lain
yang jauh berbeda dari tempat yang purba, dulu ia huni dan akhirnya kangen
pulang ke dunia leluhur, tempatnya dibesarkan.
Keinginan
hati, rindu menilik batas humah yang mungkin masih tersisa. Mencoba kembali
merangkai ulang cerita tentang tanah leluhur yang terputus setelah sekian lama
tak kembali dan bertanya apakah sawah ladang dan gunung-gunung masih ada. Apakah
kicau burung menghibur masih terdengar? Apakah batas sawah masih jelas ataukah tinggal
kenangan, dan telah hilang ditelan zaman dan peradaban baru? Kekacauan ahklak
manusia moderen yang menghabisi alam juga terekam dalam kumpulan syair
perjalanan ini. Kekerasan hidup dan bom-bom peledak kematian, dunia jermal dan
dunia kemunafikan, dunia yang korup dan yang tak jujur pada diri sendiri.
Syair
pengembaraan ini mencoba merekam sisi manusia yang gelap dan terang, alam yang
rusak, hidup yang tak lagi damai dengan sesama bahkan dengan Tuhan sekalipun. Banyak
yang telah hilang ditelan zaman dan peradaban post modernisme. Burung Cendrawasih mulai punah. Burung
Kakatua menangis tersedu.
Bunga Rindu juga bercerita tentang
Karut-marut ahklak manusia post-moderen
yang menghabisi alam. Kekerasan
hidup dan bom-bom peledak kematian, Di Aleppo dan di Jalur Gaza. Dunia yang
korup dan yang tak jujur pada dirinya sendiri.
Semoga bermanfaat,
dan membawa berkah
dan damai.
John Siregar